Skip to main content

Payung Mahal

Oleh: Adhy SuryadiPada: Desember 26, 2019

Payung Mahal

Pagi itu suasana mendung karena memang sudah memasuki musim penghujan. Awan hitam tebal telah bergelayun di atas langit seperti ingin segera menumpahkan isinya, sesekali diwarnai kilatan petir dengan suaranya yang bergemuruh.

Meski begitu, tampak si Otoy telah siap-siap berangkat ke sekolah yang lumayan agak jauh jaraknya, sekitar 5 kilometer dari rumahnya. Maklum sebentar lagi sekolah liburan, jadi si Otoy tetap semangat pergi ke sekolah meski hari mau hujan.

"Mak... Otoy berangkat dulu...." terdengar dia berpamitan ke emaknya yang tengah sibuk di dapur.

"Iya Toy... hati-hati di jalannya... " seru emaknya dari dapur.

"Iya mak... asalamualaikum...."

"Waalaikum salam..."

Setelah mengucapkan salam, tampak dia mengayuh sepedanya ke arah pos ronda di depan gang di pinggir jalan desa, tempat dia berkumpul dengan teman-temannya.

Sesampainya di pos ronda, Ayut, Acil, Bogel sudah menunggunya dengan sepeda masing-masing. Mereka juga tampak menggunakan payung.

"Toy... kamu tidak pakai payung?" tanya Acil.

"Iya... kamu tidak takut kehujanan?" timpal Ayut sambil menengadahkan tangannya ke atas, memastikan bahwa hari sudah mulai gerimis.

"Oh... iya aku lupa!"

"Ya udah, aku balik lagi bawa payung. Kalian berangkat aja, nanti aku menyusul." kata Otoy kepada ketiga temannya sambil mengayuh sepedanya kembali pulang.

Sesampainya di rumah, Otoy langsung mencari emaknya yang tampak masih sibuk di dapur.

"Mak... payung yang kemarin emak beli mana?"

"Di pojok ruang depan Toy..."

Kemudian Otoy mencarinya ke ruang depan. Tampak sebuah payung digantung di pojokan.

"Toy... hati-hati bawa payungnya. Itu emak kemarin belinya mahal." seru emak mengingatkan.

"Oh... gitu ya mak...."

"Ya udah, Otoy berangkat lagi mak.... asalamualaikum...." Otoy pamitan lagi sambil tergesa-gesa.

"Waalaikum salam..." jawab emak dari dapur.

Di luar, hujan sudah mulai turun.

★★★★★

Kelas baru 10 menit dimulai, tampak bu Ajeng tengah memberikan pelajaran matematika kepada murid-muridnya. Di luar, hujan sangat lebat, sesekali terlihat petir menyambar dengan suaranya yang bergemuruh.

Tiba-tiba pintu kelas terbuka, tampak Ayut, Acil, dan Bogel nyelonong ke dalam kelas.

"Ma'af bu kami datang terlambat...." kata Ayut mewakili ketiganya.

"Habis hujannya deras banget, jadi kami pelan-pelan kayuh sepedanya...." terangnya kemudian, berharap mereka tidak dihukum berdiri di depan kelas.

"Iya... udah gak apa-apa... duduk sana...." kata bu Ajeng.

"Eh Yut... Otoy mana? Biasanya kalian berempat selalu bersama..." tanya bu Ajeng kemudian.

"Tadi Otoy balik lagi bawa payung, jadi kami berangkat duluan." terang Ayut.

Tiba-tiba pintu kelas terbuka lagi, tampak seseorang masuk ke dalam kelas dengan baju yang basah kuyup.

"Otoooyyy...." seru bu Ajeng tampak kaget.

"Iya bu... ma'af saya terlambat." jawab Otoy sambil cengar-cengir gak jelas.

"Itu kenapa badan kamu sampai basah kuyup begitu? Emang kamu gak bawa payung?" tanya bu Ajeng sambil terheran-heran melihat baju Otoy basah kuyup.

"Bawa bu..." jawab Otoy, lalu dia membuka tasnya yang juga sudah basah kuyup dan mengeluarkan payungnya.

"Tuh kamu bawa payung, kenapa gak kamu pakai?"

"Kata emak... ini payung mahal... harus hati-hati bawanya. Jadi saya simpan di tas biar gak rusak."

"Otoooyyy! Gak gitu juga kali...!"

Serempak seisi kelas tepok jidat melihat tingkah konyol Otoy.

Otoy... Otoy... wkwkwk.

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar