Skip to main content

Tahun Baru Di Kampung

Oleh: Adhy SuryadiPada: Desember 31, 2019

Tahun Baru Di Kampung

"Bah..!" panggilan Otoy membuyarkan lamunan Abah yang sedang asik memandangi rumput hijau di depan rumahnya. Segelas kopi panas dan sepiring goreng singkong menemani Abah di pagi itu.

"Ada apa toy? Bikin kaget aja."

"Ngggggg.. gini bah." Otoy terlihat seperti ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu.

"Gini gimana? Ngomong kok gak jelas gitu...." kata Abah, padahal Abah sudah tahu kalau Otoy lagi ada maunya.

"Nanti malam kan malam tahun baru bah, Ayut, Acil dan Bogel pada jalan-jalan. Ada yang ke kota, ada yang ke pantai. Terus Otoy kemana Bah?" tanya Otoy penuh harap.

"Ooh... jadi Otoy pengen jalan-jalan ya?"

"Iya bah, kaya orang-orang tahun baruan gitu." sambut Otoy penuh semangat.

"Gini Toy, uangnya kan sudah Abah belikan domba Si Surti itu, uang Abah sedikit lagi tinggal buat ongkos Abah berangkat ke kota lagi nanti."

"Kalau mau, Si Surti kita jual aja. Uangnya kita pakai buat jalan-jalan. Gimana?" sambung Abah.

"Waduh… jangan bah, sayang ah. Mendingan di rumah saja daripada Si Surti dijual." jawab Otoy dengan sedikit merengut.

Abah melihat sedikit kekecewaan di muka anak kesayangannya. Padahal sebenarnya Abah tidak bermaksud begitu, dia hanya ingin ngetes anaknya saja bagaimana reaksinya. Tidak mau anaknya kecewa, Abah pun mengajukan penawaran.

"Gimana kalau kita bakar ayam aja Toy? Kan Emak ada beberapa ayam tuh, kita potong saja satu."

"Ashiaaaaaaaap Bah" ujar Otoy semangat. Sekejap kemudian Otoy tampak sudah melupakan keinginannya untuk main ke kota seperti teman-temannya.

★★★★★

"Bah, kita potong ayamnya sekarang aja yu… Terus langsung bakar." ujar Otoy sambil berpegangan ke Abah, karena jalanan agak licin sehabis hujan turun. Otoy dan Abah baru pulang berjama’ah Ashar. Dari sehabis Dzuhur hujan lumayan lebat dan reda sebelum Ashar.

"Ko dipotong sekarang Toy, kan malam masih lama." jawab Abah.

"Kata Pa Ustadz tadi kan di Mushola, selepas Magrhrib ini kan mau Istigosah sama khataman Al-Qur’an, jadi bakar sekarang aja Bah, terus kita bawa ke Mushola biar bisa makan bersama." ujar Otoy panjang lebar.

Ada rasa bahagia menyelimuti dada Abah, tak terasa butiran air mata meleleh di sudut mata Abah. Cepat-cepat Abah menyeka air matanya, agar tidak terlhat oleh Otoy.

"Betul Toy, Abah setuju. Jadi tidak kita saja yang bisa makan. Kita bisa berbagi."

"Iya Bah, mungkin ada orang lain yang jarang makan daging bah. Kata Pak Guru di sekolah, pahala sodakoh itu kan besar bah." terang Otoy dengan fasihnya.

Abah hanya terdiam mendengar kata-kata Otoy.

"Terimakasih Emak, walau pun Abah tidak selalu ada di samping Emak, ternyata Emak bisa mendidik anak kita dengan baik." gumam Abah. Tak terasa air mata Abah kembali meleleh.

Otoy dan Abah bergegas pulang untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Bahkan saking gembiranya Abah, tidak hanya satu ekor ayam yang Abah potong, tapi tiga ekor.

★★★★★

Menjelang Maghrib, Otoy, Abah dan Emak sudah bergegas menuju Mushola. Orang-orang pun sudah ramai berkumpul di luar dan di dalam Mushola. Tak berselang lama, adzan Maghrib pun berkumandang.

Setelah sholat Maghrib, Ustadz Hamid memimpin acara dengan khidmat. Diselangi sholat Isya, kemudian Khataman Al-Qur’an, dilanjutkan dengan Tausyiah, dan diakhiri makan bersama.

Pukul 21.00 WIB acara pun selesai, jamaah pun kembali ke rumah masing-masing.

"Alhamdulillah ya Mak, Toy… kita bisa malam tahun baruan di Mushola. Bisa berdo’a bersama, mengisi malam tahun baru dengan hal yang bermanfaat." kata Abah sesampainya di rumah.

"Iya Bah, kalau jalan-jalan pasti Si Surti lenyap deh" ujar Otoy dengan polosnya.

Emak dan Abah hanya tersenyum mendengar jawaban Otoy. Ada pelajaran berharga yang didapat di malam tahun baru ini, bisa melakukan hal yang lebih bermanfaat daripada sekedar membuang waktu percuma. Tanpa kembang api dan tanpa terompet pun masih bisa bertahunbaruan.

"Bah... Otoy tidur ya, ngantuk nih. Siang tadi kan nyabutin bulu ayam, terus bakar-bakar, huuaahh...." kata Otoy sambil menguap, sepertinya Otoy memang sudah sangat mengantuk.

"Iya Toy, lagian kan besok harus nyari rumput buat Si Surti, tadi Abah lihat rumputnya sudah habis."

Tanpa menjawab, Otoy langsung masuk ke kamar.

★★★★★

Hanya 5 menit saja, sudah terdengar dengkuran Otoy. Abah pun bergegas melihat ke kamar Otoy.

"Muhamad Kasih anakku, selamat tidur…. Semoga engkau panjang umur, diberi rizki yang banyak, berguna bagi bangsa dan agama. Kau akan terbangun di Tahun yang baru… dengan semangat baru," gumam Abah sambil matanya berkaca-kaca, kemudian membetulkan selimut Otoy yang tersingkap.

Selamat Tahun Baru Otoy....

★★★★★

Cerpen kiriman dari: Ujang Ismatullah a.k.a. Kang Ismet.
Serial: Si Otoy

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar