Cinta Pertama
Pada: Januari 10, 2020

Saat ini Otoy duduk di kelas 2 SMP, meskipun sudah mulai menginjak masa remaja namun kelakuannya masih sering sontoloyo dan grasak-grusuk. Tetapi bagi teman-temannya, Otoy merupakan teman yang baik, rendah hati, suka membantu, dan selalu menyenangkan orang lain.
Otoy tampak duduk di bangkunya di dalam kelas di pinggir jendela. Otoy memilih diam di kelas meskipun sedang waktunya istirahat, karena di luar sedang hujan. Sementara teman sekelasnya menyerbu kantin yang berada di pojok sekolah.
Di luar, hujan cukup deras. Suara jatuhnya air hujan menciptakan musik yang membawa kembali kenangan-kenangan indah masa lalu.
Otoy memandang ke luar jendela, air hujan seperti sedang menari-nari membuat Otoy mulai terbenam dalam lamunannya.
Tiba-tiba pintu kelas terbuka, tampak Pak Mahfud masuk ke dalam kelas diikuti seorang anak perempuan. Bu Tati yang sedang mengajar menghentikan kegiatannya mengajarnya.
"Assalamualaikum...." ucap Pak Mahfud sambil masuk ke dalam kelas.
"Wa'alaikum salam...." semua yang ada di kelas serempak menjawab.
"Ma'af Bu Tati dan anak-anak semua, hari ini bapak akan memperkenalkan murid baru di kelas 4 di SD kita ini." kata Pak Mahfud. Pak Mahfud adalah kepala sekolah di SD kampung Otoy.
"Ini adalah Surtinah, pindahan dari sekolah di kota. Nah Surtinah ini adalah anaknya pak Sudro, yang kini jadi babinsa di kampung kita." kata Pak Mahfud kemudian.
"Silahkan Bu Tati, saya serahkan ke ibu ya. Saya kembali ke kantor." kata Pak Mahfud sambil menengok ke arah Bu Tati, kemudian Pak Mahfud pergi ke luar kelas.
"Baik anak-anak, sekarang kita punya teman baru ya..."
"Iya... buuu...."
"Nah sekarang silahkan perkenalkan diri ke teman-teman." kata bu Tati mempersilahkan murid baru tersebut untuk memperkenalkan dirinya.
"Nama saya Surtinah, tapi teman-teman bisa panggil saya Surti." kata Surtinah masih malu-malu. Surtinah memiliki rambut yang keriting kecil panjang sebahu. Wajahnya manis dengan kulit kuning langsat. Cukup bersih dan rapi, maklum dia itu anak dari kota.
"Wah bapaknya tentara ya...." celetuk Ayut.
"Ayut jangan begitu... mau tentara mau bukan... ini kan teman kita sekarang." tegur Bu Tati. Yang ditegur malah cengar-cengir.
"Huuu... Ayuuttt..." kompak semuanya menyuraki Ayut.
"Sudah... sudah... Nah sekarang Surti silahkan duduk di samping Murni ya." kata Bu Tati mempersilahkan Surti untuk duduk di samping Murni yang kebetulan duduknya sendiri.
Bangku Murni tepat di depan bangku Otoy yang dari tadi Otoy tampak bengong saja. Surti berjalan ke arah bangku kosong di samping Murni. Otoy masih tampak bengong saja sambil matanya melihat ke arah Surti. Surti tampak tersenyum ke arah Otoy.
Tiba-tiba mulut Otoy menganga dan matanya terbelalak. Ternyata gadis manis murid baru tersebut yang sedang berjalan ke arahnya terlihat membawa granat di pinggangnya.
"Wah... mentang-mentang anak tentara bawa granat...!" pikir Otoy dengan mulut menganga tanpa bisa berkata apa-apa.
Tiba-tiba dalam sekejap granat di pinggang Surti meledak, anak-anak yang ada di sekelilingnya terpental, bangku-bangku beterbangan. Tubuh Otoy terjengkang ke belakang.
"Duuuaaarrrr!" suara ledakan begitu dasyat memekikan telinga.
Otoy terguling ke samping, kepalanya terbentur bangku yang didudukinya. Setelah tidak terdengar suara apa pun, Otoy mulai membuka matanya, tubuhnya berada di lantai kelas tertimpa bangku, tangannya memegang kepalanya sambil meringis kesakitan. Tapi tidak ada siapa pun di dalam kelas, sementara hujan di luar semakin lebat.
"Duuuaaarrrr!" terdengar suara ledakan lagi diiringi kilatan cahaya.
"Astagfirullah..." Otoy kembali kaget, namun kali ini dia sudah sadar.
Tampaknya tadi suara halilintar membuyarkan lamunan Otoy dan membuat tubuhnya terjatuh karena kaget. Sambil memegang kepalanya yang sakit, Otoy cengar-cengir sendiri.
"Untung gak ada yang lihat." gumam Otoy.
Oalah... ternyata tadi Otoy melamun, suasana hujan membawanya ke masa lalu ketika pertama kenal dengan Surti ketika masih di SD yang sekarang sudah pindah lagi ke kota setelah lulus dari SD.
Ternyata Surti adalah cinta pertama Otoy yang tidak pernah diungkapkannya pada siapa pun.